IJBI

Audiometri: Prosedur Medis untuk Menguji Ketajaman Pendengaran

Audiometri: Prosedur Medis untuk Menguji Ketajaman Pendengaran

Gambar yang Anda unggah menunjukkan hasil dari pemeriksaan audiometri, sebuah prosedur diagnostik medis yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan pendengaran seseorang. Melalui tes ini, seorang audiolog atau dokter THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) dapat menentukan ambang batas pendengaran serta mengidentifikasi adanya gangguan pada sistem auditori.

Deskripsi Gambar: Grafik Audiogram

Gambar tersebut menampilkan Audiogram, sebuah grafik yang memetakan kemampuan pendengaran pasien. Sumbu horizontal (sumbu X) mewakili frekuensi suara dalam satuan Hertz (Hz), mulai dari nada rendah (bass) hingga nada tinggi. Sementara sumbu vertikal (sumbu Y) mewakili intensitas atau volume suara dalam satuan Desibel (dB).

  • Simbol O (Merah): Melambangkan ambang pendengaran telinga kanan.

  • Simbol X (Biru): Melambangkan ambang pendengaran telinga kiri.

  • Garis putus-putus/simbol kurung: Seringkali menunjukkan konduksi tulang (bone conduction) untuk membedakan jenis tuli.

Apa Itu Audiometri?

Berdasarkan referensi utama dari Wikipedia, audiometri adalah cabang dari audiologi yang fokus pada  https://www.acvetclinic.org/ pengukuran ketajaman pendengaran. Tes ini bersifat subjektif karena sangat bergantung pada respons pasien terhadap rangsangan suara yang diberikan melalui alat bernama audiometer.

Tujuan utama dari prosedur ini adalah untuk mengetahui:

  1. Derajat Ketulian: Apakah gangguan pendengaran bersifat ringan (26-40 dB), sedang (41-60 dB), berat (61-90 dB), atau sangat berat (>90 dB).

  2. Jenis Ketulian: Membedakan antara tuli konduktif (masalah di telinga luar/tengah) dan tuli sensorineural (masalah di saraf pendengaran atau koklea).

Prosedur Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan di dalam ruangan kedap suara untuk memastikan keakuratan hasil. Pasien akan mengenakan earphone yang terhubung ke audiometer.

  1. Tes Nada Murni (Pure Tone Audiometry): Petugas akan mengirimkan nada dengan berbagai frekuensi. Pasien diminta menekan tombol atau mengangkat tangan setiap kali mendengar suara, sekecil apa pun bunyinya.

  2. Tes Konduksi Tulang: Sebuah alat getar ditempatkan di belakang telinga (tulang mastoid) untuk menguji langsung sensor telinga bagian dalam tanpa melewati gendang telinga.

  3. Audiometri Tutur: Pasien diminta mengulangi kata-kata tertentu untuk menguji kemampuan diskriminasi bicara di tengah kebisingan.

Manfaat Klinis

Audiometri sangat penting untuk mendiagnosis berbagai kondisi medis, seperti:

  • Penurunan pendengaran akibat usia (presbikusis).

  • Kerusakan akibat paparan bising jangka panjang (noise-induced hearing loss).

  • Adanya tumor jinak seperti acoustic neuroma.

  • Menentukan kecocokan penggunaan alat bantu dengar atau tindakan operasi.

Sebagai kesimpulan, audiometri adalah standar emas dalam evaluasi medis telinga. Jika grafik pada audiogram menunjukkan angka di bawah 25 dB pada berbagai frekuensi, maka pendengaran seseorang dianggap berada dalam batas normal.